Cash flow sangat penting bagi perusahaan. Cash flow yang dikelola dengan baik akan mempengaruhi aktivitas operasional perusahaan. Namun, pada kenyataannya mengelola cash flow bukanlah perkara yang gampang. Oleh sebab itu, kali ini saya akan mengutip beberapa pandangan praktisi keuangan mengenai cash flow dan cara mengelola cash flow yang ideal untuk keberlangsungan usaha perusahaan dan menjaga cash flow agar TETAP SELALU SEHAT. Kutipan ini saya ambil dari postingan di Media Linkedin.
Santika M. (24/11/20).
Salah satu ciri dari bisnis yang SEHAT adalah Cash In lebih besar dari Cash Out. Tergadang walaupun laporan laba rugi menunjukkan laba, tak jarang uangnya gak kelihatan. Bisa jadi uang tersebut ada di :
1. Piutang Dagang
2. Stok Barang
3. Aset
4. Sewa/Pembelian dibayar dimuka.
Bagaimana menyehatkannya:
- Minta Bayar CASH, jika perlu diskon 2-5% untuk yang bayar CASH. Sehingga piutang bisa diperkecil
- Minimumkan stok tanpa membahayakan SUPLAI, dengan cara membuat FORECASH (3-6 bulan kedepan) dan penjadwalan delivery.Plus mintalah KONTRAK HARGA untuk setahun kedepan
- Minimumkan ASET.Beli hanya sesuai dengan kebutuhan kapasitas
- Bayar cicil dan minimum deposit
Jan Sebastian (24/11/20)
Menurut Jan Sebastian. Perusahaan profit tapi cash flow terasa berat disebabkan oleh :
- Ada restricted cash dalah jumlah besar
- Construction in Process. Misalnya sedang membangun warehouse yang belum bisa dimjaminkan ke bank sebagai colateral
- Utang kepada vendor yang terlalu keci, atau bahkan dengan metode cash didepan.
Cara menyehatkankannya dapat dilakukan dengan :
- Ganti Collateral dengan aset tetap yang dimiliki (jika ada). Rate bunga dari bank bisa jadi lebih besar, tapi efektif dalam memenagkan cash flow untuk daily working capital
- Hitung-hitungan dulu sebelum membuat project, cukup atau tidak cash flow.
- Minta Term of Payment (TOP)dari pendor. Jika memungkinkan, TOP ke customer lebih pendek dari TOP dari Vendor.
Harmoko I. (24/11/2020)
Menurut Harmoko, ada beberapa cara untuk menjaga cash flow supaya tetap sehat, diantaranya :
- ToP AR mesti lebih pendek daripada ToP AP, untuk menjamin ketersediaan cash inflow terlebih dulu sebelum kita melakukan transaksi berupa cash outflow (Pembayaran AP/Tagihan Rutin/dll)
- Kurangi inventory dengan menjualknya kepada costumer, mungkin sebagai program bundling, atau dengan potongan harga, atau dengan sistem insentif marketing yang lebih menarik. perhatikan pula lead time tiap inventory, EQQ serta safety stock nya.
- Buatlah budget selama periode kedapan sebagai alat kontrol pembelanjaan terutama to OPEX dan CAPEX. jadi kita dalam mengelola cash flow tidak by feeling atau buta masa depan.
- Lakukan assets manegement yang baik, sesuai umur kegunaan/aturan perpajakan, kemudian setelah itu mau dikemanakan aset yang telah melampaui usianya, scrapped, sell under book value, retrofitted atau bagaimana. Pada prinsipnya kita mesti mendapat tambahan dana untuk membeli assets yang baru.